Laman

Senin, 28 Oktober 2013

Sejarah Kepramukaan Dunia



SEJARAH KEPRAMUKAAN DUNIA

    Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini dibuat buku dengan judul ‘Scouting For Boys’. Buku ini dengan cepat beredar di Inggris dan beberapa negara lainnya, setelah itu berdiri organisasi kepramukaan dengan nama ‘Boys Scout’ yang awalnya hanya untuk laki-laki.
      Tahun 1912 atas batuan adik perempuan beliau yaitu Agnes,didirikan organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang kemudian diteruskan oleh istri beliau.
Tahun 1916 berdiri kelompok Pramuka usia Siaga yang diberi nama CUB (anak serigala) dengan buku ‘The Jungle Book’ karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara oleh induk serigala.
Tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang telah berumur 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku ‘Rovering to Success’ (Mengembara menuju bahagia).
Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mendayung sampannya ke Pantai Bahagia.
      Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia (World Jamboree) pertama di Olympia Hall, London, Inggris. Beliau mengundang Pramuka dari 27 negara. Dan pada hari terakhir dari kegiatan itu, yaitu tanggal 6 Agustus 1920, Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).

Beberapa Kegiatan Jambore Dunia yang telah dilaksanakan :
 1.  Jambore II Tahun 1924 di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
 2.  Jambore III Tahun 1929 di Arrow Park, Birken Head, Inggris
 3.  Jambore IV Tahun 1933 di Godollo, Budapest, Hungaria
 4.  Jambore V Tahun 1937 di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
 5.  Jambore VI Tahun 1947 di Moisson, Perancis
 6.  Jambore VII Tahun 1951 di Salz Kamergut, Austria
 7.  Jambore VIII Tahun 1955 di Sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
 8.  Jambore IX Tahun 1959 di Makiling, Philipina
 9.  Jambore X Tahun 1963 di Marathon, Yunani
10. Jambore XI Tahun 1967 di Idaho, Amerika Serikat
11. Jambore XII Tahun 1971 di Asagiri, Jepang
12. Jambore XIII Tahun 1975 di Lillehammer, Norwegia
13. Jambore XIV Tahun 1979 di Neishaboor, Iran (Tetapi dibatalkan)
14. Jambore XV Tahun 1983 di Kananaskis, Albert, Kanada
15. Jambore XVI Tahun 1987 di Cataract Scout Park, Australia
16. Jambore XVII Tahun 1991 di Korea Selatan
17. Jambore XVIII Tahun 1995 di Belanda
18. Jambore XIX Tahun 1999 di Chili, Amerika Selatan
19. Jambore XX Tahun 2003 di Thailand
20. Jambore XXI Tahun 2007 di Britania Raya
21. Jambore Dunia XXII Tahun 2011 di Swedia
     Pada tahun 1914 Baden Powell menulis buku petunjuk untuk Kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat Pelatihan dan Pendidikan Pembina Pramuka dengan nama ‘Gilwell Park’.
      Pada tahun 1920 Baden Powell membentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya yang bertempat di London, Inggris. Dan tahun 1958 Biro Kepramukaan Sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada. Tanggal 1968 Biro Kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.
Sejak tahun 1920 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjend D.C. Spry (Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund, 1 mei 1968 diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen.
Biro Kepramukaan Sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica, Mesir, Philipina, Swiss, dan Nigeria. Sedangkan Biro Kepramukaan Sedunia Putri bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika, dan Amerika Latin.

Minggu, 27 Oktober 2013

Sejarah Kepramukaan Indonesia


SEJARAH KEPRAMUKAAN INDONESIA

Masa Hindia Belanda

     Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang “Neterlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki Kwartir Besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi Nederlands-Indische Padvinder Vereeninging (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders Organisatie yang berdiri atas prakarsa S.P.Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut diatas dapat diperhatikan pada adanya “Padvinder Muhammadiyah” yang pada 1920 berganti nama menjadi “Hizbul Wathan”. “Nationale Padvinderij” yang didirikan oleh Budi Utomo, Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam Afdeling Padvinder” yang diganti dengan “ Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) yang didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia. Dengan adanya larangan Pemerintahan Hindia Belanda menggunakan istilah Padvindery maka K.H Agus Salim menggunakan nama Pandu atau Kepanduan.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu mulai tampak dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antar Pandu Indonesia” yang merupakan federasi dari Kepanduan Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ,dan PPS (Pandu Pemuda Sumatera) pada tanggal 23 Mei 1928. Federasi ini tidak bertahan lama karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO, dan PPS. PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermunculanlah gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernafas utama Kebangsaan maupun bernafas agama. Kepanduan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan(PK), Sinar Pandu Kita (SPK), dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama antara lain Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamietische Pandvinders Organisatie (IPO), Tri Dharma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya menggalang kesatuan dan persatuan BPPKI merencanakan “All Indonesian Jamboree”. Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Dai Nippon (Jepang)

     Dai nippon ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi Rakyat Indonesia, termasuk Gerakan Kepanduan, dilarang berdiri. Oleh karena itu banyak tokoh pandu yang masuk ke Keibondan, Seinendan, dan PETA. Akan tetapi upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya, karena Pramuka merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Gerakan Pramuka tetap hidup di bumi pertiwi.

Masa Republik Indonesia

     Sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh Kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia  kerja, menunjukkan pembentukkan suatu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu Pemerintahan RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan No. 93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
      Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan Kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pengangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai Patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air, dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat Indonesia dilarang berdiri. Keadaan ini mendorong perkumpulan lain seperti Kepanduan Putra Indonesia (KPI), Pandu Putri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan Kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaanitu. Pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan Keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. Tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah Kepanduan di Indonesia, jadi Keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1947 itu sudah berakhir.
      Mungkin hal tersebut agak terasa aneh jika direnungi, sebab sepuluh hari setelah KepMen No.2334/Kab. Itu keluar, wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konferensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi. Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi Anggota Kepanduan Sedunia (W.O.S.M).
IPINDO merupakan federasi bagi organisasi Kepanduan Putra, sedangkan bagi Putri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi pandu ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalan ke Australia.
     Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 IPINDO mengadakan Jambore Nasional di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta pada tanggal 10-20 Agustus 1955.
IPINDO sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu melaksanakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957. Seminar tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan kepramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
     Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu, Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT, Makiling, Philipina.
Masa masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.


KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA


Sejarah Pramuka Indonesia

     Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepadan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul dalam perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan pasal 330 C. Yang menyatakan bahwa dasar pendidikan kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin Gerakan Kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden menunjuk Panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr. A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia itu tentulah perlu suatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas Panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
     Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Acmadi dan Muljadi Djojo Martono ( Menteri Sosial ).
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961, Tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1.      Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka
2.      Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, Tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya Organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan Pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan Pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk Pendidikan dilingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.
3.      Pernyataan Para Wakil Organisasi Kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri kedalam Organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan Jakarta pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
4.      Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti Defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini disebut dengan Hari Pramuka.


Gerakan Pramuka Diperkenalkan


      Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Gerakan Pramuka telah ada di dikenal masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) yang didalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8’45, yaitu terdiri atas Mapinas yang beranggotakan 45 orang diantaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnari 8 orang.
Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI Np.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang diantaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang diantara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Ir. Soekarno, Presiden RI, dengan Wakil Ketua I Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Ketua II Brigjend TNI Dr. A. Aziz Saleh. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat Ketua dan Brigjend TNI Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua serta merangkap Ketua Kwarnari.
      Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan Pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari di Istana Negara, dan menyampaikan Anugerah Tanda Penghargaan dan Kehormartan beupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ka.Kwarnas, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sesaat sebelum pawai/defile.
Peristiwa pengenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian disebut sebagai Hari Pramuka yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.